Tari Didong

Didong merupakan sebuah kesenian rakyat Gayo yang memadukan unsur tari, vocal, dan sastra. Mungkin banyak yang belum mengetahui tentang tarian ini karena pekestariannya yang sedikit kurang.

Nah, untuk kalian yang ingin mengetahui apa itu seni tari Didong, dibawah ini sudah Pesona Indonesia rangkumkan untuk kalian. Yuk langsung saja kit abaca.

Pengertian Tari Didong

Didong adalah sebuah kesenian rakyat Gayo yang memadukan unsur tari, vokal, dan sastra. Didong dimulai sejak zaman Reje Linge XIII.

Salah seorang seniman yang peduli pada kesenian ini adalah Abdul Kadir To`et. Kesenian didong lebih digemari oleh masyarakat Takengon dan Bener Meriah.

Arti Tari Didong

Beberapa orang berpendapat bahwa kata “Didong” mendekati kata “denang” atau “donang” yang artinya “nyanyian sambil bekerja atau untuk menghibur hati atau bersama-sama dengan bunyi-bunyian”.

Ada pula yang berpendapat bahwa Didong berasal dari kata “din” dan “dong”. “Din” berarti Agama dan “dong” berarti Dakwah.

Fungsi Tari Didong

kesenian tari didong

Pada awalnya didong digunakan sebagai sarana bagi penyebaran agama Islam melalui media syair. Para ceh didong (seniman didong) tidak hanya menyampaikan tutur kepada penonton yang dibalut dengan nilai-nilai estetika.

Melainkan di dalamnya bertujuan agar masyarakat pendengarnya dapat memaknai hidup sesuai dengan realitas akan kehidupan para Nabi dan tokoh yang sesuai dengan Islam.

Dalam didong ada nilai-nilai religius, nilai-nilai keindahan, nilai-nilai kebersamaan dan lain sebagainya. Jadi, dalam ber-didong para ceh tidak hanya dituntut untuk mampu mengenal cerita-cerita religius tetapi juga bersyair, memiliki suara yang merdu serta berperilaku baik.

Intinya, seorang ceh adalah seorang seniman sejati yang memiliki kelebihan di segala aspek yang berkaitan dengan fungsinya untuk menyebarkan ajaran Islam. Didong waktu itu selalu dipentaskan pada hari-hari besar Agama Islam.

Pementasan Tari Didong

Pementasan didong ditandai dengan penampilan dua kelompok (Didong Jalu) pada suatu arena pertandingan.

Satu kelompok kesenian didong biasanya terdiri dari para “ceh” dan anggota lainnya yang disebut dengan “penunung”. Jumlahnya dapat mencapai 30 orang, yang terdiri atas 4–5 orang ceh dan sisanya adalah penunung.

Ceh adalah orang yang dituntut memiliki bakat yang komplet dan mempunyai kreativitas yang tinggi. Ia harus mampu menciptakan puisi-puisi dan mampu menyanyi.

Penguasaan terhadap lagu-lagu juga diperlukan karena satu lagu belum tentu cocok dengan karya sastra yang berbeda.

Anggota kelompok didong ini umumnya adalah laki-laki dewasa. Namun, dewasa ini ada juga yang anggotanya perempuan-perempuan dewasa.

Selain itu, ada juga kelompok remaja. Malahan, ada juga kelompok didong remaja yang campur (laki-laki dan perempuan). Dalam kelompok campuran ini biasanya perempuan hanya terbatas sebagai seorang Céh.

Biasanya dipentaskan di tempat terbuka yang kadang-kadang dilengkapi dengan tenda. Tarian ini dimainkan selama Semalam suntuk.

Kelompok yang bertanding akan saling mendendangkan teka-teki dan menjawabnya secara bergiliran.

Dalam hal ini para senimannya akan saling membalas “serangan” berupa lirik yang dilontarkan olah lawannya. Lirik-lirik yang disampaikan biasanya bertema tentang pendidikan, keluarga berencana, pesan pemerintah (pada zaman Orba), keindahan alam maupun kritik-kritik mengenai kelemahan, kepincangan yang terjadi dalam masyarakat.

Benar atau tidaknya jawaban akan dinilai oleh tim juri yang ada, yang biasanya terdiri dari anggota masyarakat yang memahami ddidong ini secara mendalam.

Iringan Tari Didong

Awalnya, Peralatan yang dipergunakan pada mulanya bantal (tepukan bantal) dan tangan (tepukan tangan dari para pemainnya).

Namun, dalam perkembangan selanjutnya ada juga yang menggunakan seruling, harmonika, dan alat musik lainnya yang disisipi dengan gerak pengiring yang relatif sederhana, yaitu menggerakkan badan ke depan atau ke samping.

Itulah informasi lengkap mengenai tarian didong asal NAD. Semoga dengan adanya artikel ini, wawasan kalian dapat semakin luas terutama di bidang tari.

Dan jangan lupa untuk selalu mencintai kesenian serta kebudayaan Indonesia dengan cara menjaga dan melestarikannya agar tidak hilang begitu saja.

About

You may also like...

Your email will not be published. Name and Email fields are required