Siapa disini yang lahir atau tinggal di Cirebon? Mungkin kebanyakan dari kalian belum tahu tentang salah satu tarian yang ada di Indonesia ini, yaitu tari Bengberokan. Tarian ini memang kurang terkenal karena sudah tergerus dengan adanya perkembangan zaman.
Namun, bukan berarti keunikkan dan keindahan dari tari ini juga ikut tergerus. Justru, keunikkan ini seharusnya bisa kita jaga agar tetap ada dan dikenal oleh orang-orang.
Kali ini, Pesona Indonesia akan membagikan informasi seputar Tari Bengberokan. Tanpa berlama-lama lagi, yuk simak artikel dibawah ini.
Pengertian Tari Bengberokan

Bengberokan atau Berokan adalah kesenian penolak bala yang hampir mirip dengan kesenian barongsai dari Tiongkok. Kesenian ini berasal dari daerah Cirebon dan Indramayu.
Awalnya, tarian ini dilakukan sebagai bagian dari upacara ruwatan dalam menanggulangi pageblug (epidemi penyakit), menempati rumah baru, dll.
Namun, saat ini pertunjukkan tari bengberokan lebih banyak dipakai dalam memeriahkan pesta khitanan atau perkawinan. Selain itu, tarian ini dimainkan juga upacara Nganjung Buyut, yaitu upacara untuk menghormati arwah leluhur di perkuburan desa-desa tertentu.
Bengberokan atau berokan adalah kesenian penolak bala sama dengan barongsai dari Tiongkok.
Sejarah Tarian Bengberokan

Menurut sejarahnya, bengberokan adalah warisan Pangeran Korowelang atau Pangeran Mina, seorang penguasa laut Jawa di wilayah Cirebon dan Indramayu.
Namun, ada juga tuturan yang menyatakan bahwa berokan merupakan kreasi Mbah Kuwu Pangeran Cakrabuana ketika menyebarkan syair Islam ke wilayah Galuh, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali mengunakan pertunjukkan sebagai media syair agama agar mudah diterima di lingkungan budaya pada saat itu.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa kata barokan berasal dari kata “barokahan” (keselamatan). Namun, tampaknya keterangan tersebut hanyalah sebuah kirata (Bahasa Sunda yang artinya dikira-kira namun tampak nyata) sebuah gejala yang umum terjadi di dalam penamaan jenis seni rakyat.
Bentuk Kesenian
Pertunjukkan berokan ini sangat populer di wilayah Cirebon dan Indramayu. Awalnya, dilakukan sebagai bagian dari upacara ruwatan dalam menanggulangi pageblug (epidemi penyakit), menempati rumah baru, dll.
Namun, sekarang ini pertunjukkan burokan lebih banyak dipakai dalam emeriahkan pesta khitanan atau perkawinan.
Bengberokan dimainkan juga pada upacara Ngujung Buyut, yaitu upacara untuk menghormati arwah leluhur di perkuburan desa-desa tertentu. Bengberokan merupakan kedok yang terbuat dari kayu yang bentuknya mirip buaya.
Pemainnya memakai topeng yang dibuat dari kayu dan wajahnya menggambarkan binatang atau raksasa yang menyeramkan. Mulutnya lebar dan bisa digoyangkan ke atas dan bawah sehingga apabila digoyangkan akan mengeluarkan bunyi “plak-plok”.
Giginya seperti binatang yang tengah membuas. Tubuhnya terbuat dari bekas karung beras yang dijahit sedemikian rupa sehingga mampu menutupi pemainnya, dan mengesankan tubuh binatang yang besar dan berbulu (ditambahi ijuk dan serpihan tambang).
Tubuhnya kemudian disambung kayu yang dibuat mirip seperti ekor berwarna belang-belang merah putih, runcing sehingga ujungnya mirip ekor ikan cucut. Berokan biasanya dimainkan secara bergantian.
Pada umumnya para pemain berokan adalah laki-laki. Untuk melibatkan penonton, Berokan digerak-gerakan dengan lincah, kedoknya dimainkan seakan-akan mau mengigit penonton.
Efek spontanitas ketakutan penonton (terutama anak-anak) dimanfaatkan oleh pemain Berokan untuk semakin garang dan menghibur.
Pertunjukan Berokan diawali dengan tetalu dan kidung dalam bahasa ibu (Indramayu atau Cirebon), dilanjutkan dengan tarian Berokan yang lambat, perlahan-lahan menjadi naik turun.
Pertunjukan Berokan akan lebih menarik lagi, jika dimainkan di atas pecahan kaca (beling) dan menari-nari di atas bara api.
Apabila pertunjukan Berokan dikaitkan dengan upacara tertentu, biasanya dilakukan Kirab Sawan, yakni upacara penyembuhan atau untuk keselamatan dan keberkahan. Kirab Sawan dilakukan setelah sesajen dan persyaratan lainnya lengkap.
Musik pengiring Berokan sangatlah sederhana, terdiri dari kendang, terebang, kecrek, dan bende (gong kecil) yang dimainkan oleh enam orang.
Musiknya memang terasa monoton, namun dinamika kadangkala muncul dari kendang dan kecrek, bersahutan dengan suara plak-plok dari kepala Berokan yang terbuka dan tertutup.
Makna Tari Bengberokan

Ada beberapa makna yang dapat disimpulkan dari pertunjukkan Barokan ini:
- Makna mistis
Sebagai media penolak bala yang menjadi fungsi awal tarian ini.
- Makna sinkretis
Sebagai media dakwah pada masa awal penyebaran syair Islam di wilayah Cirebon.
- Makna teatrikal
Karena merupakan aksi menari, mengejar, dan memainkan kepalanya serta berbaur dengan spontanitas penonton yang merasa takut bercampur gembira.
- Makna universal
Karena memiliki kemiripan bentuk dengan barongsai dan Chillin dari Tiongkok.
Salah satu kelompok Berokan yang masih tetap ada, adalah kelompok Berokan yang dipimpin oleh Mama Taham dari desa Tambi Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu.
Itulah informasi lengkap mengenai tarian Bengberokan yang harus kalian tahu, terutama warga Cirebon. Kesenian ini sudah sepatutnya kita jaga dan lestarikan agar tetap ada.
Semoga dengan adanya artikel ini juga dapat membantu kalian memperluas ilmu pengetahuan kalian, terutama di bidang kesenian Indonesia.