Tari Beksan Lawung Ageng

Yogyakarta yang baru saja menjadi provinsi ternyata sudah memiliki beberapa kesenian didalamnya. Kesenian yang ada sudah pasti sama indahnya dengan kesenian di tempat lain.

Salah satu keseniannya yang paling unik adalah seni tarinya, lebih tepatnya tari Lawung. Tarian ini merupakan salah satu tarian pusaka yang dimiliki oleh keraton Yogyakarta.

Tarian ini memang tidak se-terkenal tarian lain. oleh karena itu, pada kesempatan kali ini Pesona Indonesia akan mencoba untuk membahasnya.

Pengertian Tari Lawung

Tari Lawung Ageng berasal tari Yogyakarta. Tarian ini menggambarkan prajurit yang sedang adu ketangkasan dalam bermain tombak. Beksan Lawung Ageng diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I (1775 – 1792).

Tarian ini terinspirasi dari perlombaan watangan (ketangkasan berkuda dan memainkan tombak yang dilakukan oleh Abbdi Dalem Prajurit pada masa lalu).

Baca Juga: Tarian Serimpi

Watangan juga dikenal dengan sebutan Seton karena selalu dimainkan tiap hari Sabtu. Dalam watangan, seorang prajurit akan berkuda sambil membawa tombak berujung tumpul yang disebut lawung.

Lawung tersebut digunakan untuk menyerang dan menjatuhkan lawan. Perlombaan ini dahulu diadakan di Alun-Alun Utara dengan iringan gamelan Kiai Guntur Laut yang memainkan Gendhing Monggang.

Gerakan-gerakan lawung ageng mengandung unsur heroik, patriotik, dan berkarakter maskulin. Dialog yang digunakan dalam tarian merupakan campuran dari bahasa Madura, Melayu, dan Jawa. Dialog tersebut umumnya adalah perintah-perintah dalam satuan keprajuritan.

Hingga saat ini, tarian Lawung ageng masih menempati posisi khusus sebagai bagian dari upacara kenegaraan. Tari Lawung biasa dipentaskan untuk merayakan pernikahan agung putra-putri Sultan yang diselenggarakan di Kepatihan.

Para penari Beksan Lawung Ageng akan ikut serta dalam kirab pengantin dari keraton menuju Kepatihan, lengkap dengan tata busana, atribut, dan perlengkapan tari. 

Mereka mengendarai kuda, dinaungi payung kerajaan, dikawal oleh Bregada Wirabraja, dan diiringi gamelan Kiai Guntur Sari yang memainkan Gendhing Sabrangan.

Dulu, Sultan tidak menghadiri resepsi pernikahan putra-putrinya yang digelar di Bangsal Kepatihan. Sebagai gantinya, Sultan mengirim dan menggelar Tari Lawung. Keberadaannya setara dengan kehadiran Sultan sendiri.

Peran dalam Beksan Lawung Ageng

Ada 5 peran yang dimainkan dalam Beksan Lawung Ageng, yaitu:

  • Jajar

Jajar sendiri terdiri dari 4 penari yang berperan sebagai prajurit muda bersemangat. Dalam struktur keprajuritan, jajar merupakan pangkat paling rendah bagi seorang prajurit. Penari yang berperan sebagai jajar menggunakan ragam gerak bapang yang bersifat gagah dan ekspresif.

  • Lurah

Lurah terdiri dari empat penari yang berperan sebagai prajurit yang telah matang. Dalam struktur keprajuritan, prajurit berpangkat lurah menempati posisi di atas jajar.

Penari yang berperan sebagai lurah menggunakan ragam gerak kalang kinantang yang bersifat gagah dan anggun, lebih halus dibanding ragam gerak bapang. Jajar dan lurah berperan sebagai prajurit yang berhadapan satu sama lain.

  • Botoh

Botoh terdiri dari 2 penari. Perannya adalah sebagai tokoh yang mengadu keangkasan prajurit yang mereka miliki.

  • Ploncon

Merupakan perabot yang digunakan untuk meletakkan keris, tombak, atau songsong (payung) dalm posisi tegak. Peran ploncon biasa juga disebut dengan pengampil.

  • Salaotho

Terdiri dari 2 penari yang masing-masing berperan sebagai Abdi Dalem pelawak, yang setia paa masing-masing botoh. Penari berperan sebagai salaotho dengan menggunakan ragam gerak gecul yang bersifat jenaka.

Iringan Tari Lawung Ageng

Tari Lawung ditarikan dengan iringan gendhing gangsaran, roning tawang dan bimakurda.

  • Gendhing Gangsaran

digunakan untuk mengiringi bagian awal beksan.

  • Gendhing Roning Tawang

digunakan untuk mengiringi bagian pertarungan antar prajurit jajar.

  • Gendhing Bimakurda

digunakan untuk mengiringi bagian pertarungan antar lurah

Gendhing tersebut dimainkan oleh Gangsa Kiai Guntur Sari. Kiai Guntur Sari memiliki saron jauh lebih banyak dari seperangkat gamelan pada umumnya sehingga mampu menciptakan suara yang keras dan kuat seperti guntur.

Itulah informasi lengkap yang bisa kami dapatkan untuk kalian semua. Semoga dengan adanya artikel ini, wawasan kalian akan semakin luas terutama pengetahuan tentang Tari Lawung.

Kita sebagai warga Indonesia hendaknya selalu menjaga, melestarikan, serta mencintai kebudayaan kita. termasuk tari ini.

About

You may also like...

Your email will not be published. Name and Email fields are required