Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah. Kota Semarang merupakan kota metropolis dengan jumlah penduduk sekitar 2 juta jiwa.
Daerah ini memiliki dua dataran yakni dataran tinggi dan rendah. Dataran rendah merupakan kawasan yang sempit dan berjarak kurang lebih 4 Km dari garis pantai atau lebih sering disebut kota bawah.
Dataran rendah lebih rentan terkena kiriman banjir. Oleh karena itu, di dataran rendah jarang terdapat pemukiman. Sedangkan dataran tinggi berkembang menjadi pusat aglomerasi penduduk. Banyak penduduk yang bermukim di kawasan ini.
Lalu, bagaimana sih sejarah berdirinya kota Semarang? Yuk kita pelajari bersama.
Sejarah Lengkap Kota Semarang

Asal usul Kota Semarang dimulai pada abas ke-6, awalnya, tempat ini merupakan bagian kawasan Kerajaan Mataram Kuno dengan nama Pragota (kini menjadi Bergota).
Dulu, daerah tersebut merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Yang pada masa itu merupakan pelabuhan dimana di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil.
Lalu, karena pengendapan gugusan pulau kecil itu meluas sehingga membuat sebuah kawasan baru yang kini disebut sebagai kota bawah.
Pada abad ke-15 masehi, seorang utusan Kerajaan Demak Pangeran Made Pandan menyebarkan islam dari perbukitan Pragota. Seiring berjalannya waktu, wilayah tersebut menjadi subur dan di tanami pohon asam yang arang (bahasa jawa “Asem Areng”) kemudian menjadi cikal bakal nama “Semarang”
Setelah Kyai Ageng Pandan Arang meninggal, ia digantikan oleh putranya yang bergelar Pandan Arang II lalu kota ini mengalami kemajuan yang pesat.
Dengan alasan persyaratan peningkatan daerah dapat dipenuhi, pada tanggal 2 Mei 1547 daerah ini berganti status menjadi setingkat dengan kabupaten. Lalu tanggal 2 Mei diperingati sebagai hari jadi kota Semarang.
Dalam sejarah kota Semarang, di masa penjajahan Belanda tempat digunakan untuk menghapus hutang budi karena VOC berhasil membantu merebut Kartasura. Sejak itu, kota ini resmi menjadi milik VOC dan pemerintah Hindia Belanda.
Pada tahun 1906 dengan stanblat nomor 120 tahun 1906 Belanda membentuk pemerintah Gemeente. Dimana pemerintahan Kota dipimpin oleh Burgemeester (Wali Kota).
Sistem pemerintahan seperti ini berakhir pada tahun 1942 sejak kedatangan Jepang.
Pada masa kependudukan Jepang sistem pemerintahan berubah menjadi sebuah daerah yang dipimpin oleh militer (Shico) dari Jepang dengan didampingi oleh dua orang wakil dari Jepang dan Indonesia.
Tak lama setelah Indonesia merdeka, di Semarang terjadi pertempuran yang cukup lama dari tanggal 15 hingga 20 Oktober 1945 yang disebut sebagai Pertempuran Lima Hari oleh para pemuda (yang bertempur melawan balatentara Jepang).
Pada tahun 1946 inggris atas nama sekutu menyerahkan kota Semarang kepada pihak Belanda. Ini terjadi pada tanggal 16 Mei 1946. Lalu pada tanggal 3 Juni 1946 Belanda menangkap Mr.Imam Sudjahri, wali kota semarang sebelum proklamasi kemerdekaan.
Karena itu, selama masa pendudukan Belanda tidak ada pemerintahan di daerah Semarang. Namun, para pejuang di bidang pemerintahan tetap menjalankan tugasnya di daerah pedalaman atau daerah pengungsian di luar kota sampai bulan Desember 1948.
Daerah pengungsian berpindah-pindah mulai dari kota Purwodadi, Gubug, Kedungjati, Salatiga, sampai ke Yogyakarta.
Kedudukan pemerintah terus menerus dipegang oleh Patah, R. Prawotosudibyo dan Mr. Ichsan. Pemerintahan Belanda, Recomba berusaha membentuk kembali pemerintahan Gemeente seperti pada masa kolonial dulu di bawah pimpinan R Slamet Tirtosubroto.
Namun hal itu tidak berhasil karena dalam masa pemulihan kedaulatan mereka harus menyerahkan kedudukan kepada komandan KMKB Semarang pada bulan Februari 1950.
Tanggal 1 April 1950 Mayor Suhardi, komandan KMKB menyerahkan kepemimpinan pemerintahan daerah Semarang kepada Mr Koesoedibyono, seorang pegawai tinggi Kementrian Dalam Negeri di Yoyakarta. Ia menyusun kembali aparat pemerintahan guna memperlancar jalannya pemerintahan.
Itulah sedikit ulasan tentang informasi sejarah kota Semarang lengkap. Semoga asal usul kota ini bisa menjadi bahan pembelajaran kita semua.