Rumah Betang merupakan rumah adat khas Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru Kalimantan. Rumah ini masih sangat terjaga kelestariannya karena peran masyarakat yang selalu turut serta merawat rumah ini.
Bangunan ini dihuni oleh masyarakat Dayak terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjagi pusat pemukiman suku Dayak.
Rumah ini berasal dari suku Dayak dan biasanya dibangun menggunakan material kayu ulin atau kayu besi.
Rumah adat Betang sulit ditemukan di pusat kota karena mayoritas suku Dayak lebih suka tinggal di pinggir sungai.
Sejarah Rumah Betang
Rumah Betang adalah sebuah peninggalan sejarah masa lalu yang menceritakan secara tersirat kehidupan suku Dayak yang keras dan panjang di masa lampau yang hidup berdampingan dengan alam.
Rumah Betang telah berdiri sejak ratusan tahun lalu dan mengambarkan suku Dayak bukanlah suku yang terbelakang secara kebudayaan.
Rumah Betang tidak akan berdiri jika suku Dayak tidak mampu menyimpulkan apa yang diajarkan alam kepada mereka tentang bagaimana cara untuk selamat dari bahaya yang mengancam di alam seperti binatang buas dan lain-lain.
Hasil dari cita, rasa dan karsa diolah menjadi sebuah pengetahuan yang rasional tentang hidup berdampingan dengan alam, secara bersama dan kolektif.
Ciri-Ciri Rumah Betang Kalimantan
Rumah adat satu ini berbentuk rumah panggung seperti umumnya. Rumah ini juga biasanya dihuni oleh 5-7 keluarga.
Panjang bangunannya bisa mencapai 30 – 150 meter dengan lebar 10 – 30 meter. Rumah betang sendiri dapat dikatakan sebagai rumah suku.
Selain karena didalamnya terdapat lebih dari satu keluarga, ruangan didalanya juga sangat minim sekat sehingga mirip aula.
Ada juga seorang pemuka suku yang menjadi pemimpin setiap rumah Betang. Pada umumnya, rumah ini dibangun dengan hulu menghadap timur dan hilir menghadap barat.
Pembagian Ruangan Dalam Rumah Betang
Dilihat dari denah rumah Betang, ada ketentuan khusus dalam peletakan ruangan dalam rumah Betang, yaitu:
- Sado/poros
Merupakan jalur lalu-lalang penghuni rumah atau tempat melakukan aktifitas bersama, seperti musyawarah adat atau menumbuk padi.
- Ruang tidur
Letaknya berjajar sepanjang bangunan, dengan posisi kamar orang tua di paling ujung aliran sungai dan kamar anak bungsu di ujung paling hilir sungai.
- Dapur
Menghadap aliran sungai, menurut mitos ini akan mendatangkan rejeki.
- Tangga
Dalam rumah Betang, tangga harus berjumlah ganjil, biasanya berada di ujung kiri dan kanan rumah serta bagian depan.
- Pante
Berada di depan bagian luar atap yang menjorok ke atas, ini merupakan tempat menjemur padi, pakaian dan mengadakan upacara adat.
- Serambi
Merupakan pintu masuk rumah setelah melewati pante yang jumlahnya sesuai dengan jumlah kepala keluarga.
- Sami
Berfungsi ruang tamu sebagai tempat menyelenggarakan kegiatan warga yang memerlukan.
- Jungkar
Sebagai ruang tambahan di bagian belakang bilik keluarga masing-masing yang atapnya menyambung atap rumah panjang atau adakalanya bumbung atap berdiri sendiri tapi masih merupakan bagian dari rumah panjang.
Jungkar ditempatkan di tangga masuk atau keluar bagi satu keluarga, agar tidak mengganggu tamu yang datang.
Makna dan Fungsi Rumah Betang

Rumah ini dibentuk panggung karena untuk menghindari rumah dari banjir karena lokasinya yang berada di pinggir sungai.
Selain itu, panggung tinggi akan melindungi penghuninya dari binatang buas dan musuh. Hal ini dikarenakan resiko hidup di dekat sungai yang berdekatan dengan habitat binatang buas seperti buaya dan ular.
Meski begitu, masyarakat Batak tetap percaya untuk tinggal di dekat sungai karena sungai merupakan sumber kehidupan.
Karena itulah di sekitar sungai besar Kalimantan banyak ditemukan perkampungan. Arah hunian pun memiliki makna tersendiri.
Hulu yang menghadap timur atau matahari terbit memiliki filosofi kerja keras yaitu bekerja sedini mungkin.
Sedangkan hilir yang menghadap barat atau matahari terbenam memiliki filosofi, tidak akan pulang atau berhenti bekerja sebelum matahari terbenam.
Filosofi Rumah Betang
Untuk masuk ke dalam rumah Betang, kita harus menaiki tangga kecil yang hanya bisa dilalui satu orang. Lebar tangga ini kurang lebih hanya 50 cm.
Bila malam tiba, masyarakat akan mengangkat tangga ini dan memasukkannya ke dalam rumah. Hal ini dilakukan agar penghuninya terhindar dari serangan hantu kepala terbang alias ngayau atau kuyang.
Masyarakat Dayak percaya, bila tangga masih terjulur ke luar maka ngayau dapat masuk ke rumah dan memburu kepala mereka. Ngayau diyakini pula sebagai perwujudan guna-guna dari musuh.
Kesimpulan
Itulah informasi lengkap mengenai rumah Betang milik suku Dayak. Sebagai warga Indonesia, kita juga seharusnya bisa turut menjaga serta melestarikan rumah adat ini.
Semoga artikel ini dapat berguna dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta wawasan kalian. Terutama pada bidang rumah Betang.