Toraja merupakan sebuah kabupaten yang letaknya di bagian selatan pulau Sulawesi. Wilayah ini memang sudah lama memiliki beragam tradisi dan warisan budaya unik sejak dulu. Salah satunya adalah rumah adat Tongkonan.
Budaya dan tradisi tersebut merupakan warisan dari raja-raja disana yang ttap menjaga kemurniannya hingga kini. Keunikkannya pun tak hanya memukau wisatawan domestic tapi juga luar negeri.
Nah, untuk kalian yang penasaran dengan rumah ini, yuk cek artikel rumah adat Tongkonan dan penjelasannya dibawah ini.
Sejarah Rumah Adat Tongkonan
Rumah adat tongkonan berasal dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Rumah ini juga merupakan ikon dari Toraja.
Istilah “Tongkonan” berasal dari kata “tongkon” yang berarti tempat duduk atau menduduki. Dulu, istilah ini muncul karena fungsi utama rumah ini sering dijadikan sebagaii tempat berkumpulnya para raja dan bangsawan.
Para raja dan bangsawan dulunya memang sering mengadakan berbagai pertemuan baik resmi maupun tak resmi di rumah ini.
Makanya, rumah ini menjadi sarat makna karena menjadi tempat penting hadirnya keputusan-keputusan besar. Sejak saat itulah, rumah ini dijadikan sebagai rumah adat Toraja.
Filosofi dan Keunikkan Rumah Adat Tongkonan

Banyak aspek dari rumah adat tongkonan Sulawesi Barat yang memiliki nilai-nilai filosofis. Seperti, posisi rumah Tongkonan pasti menghadap kea rah Utara. Hal ini merujuk pada lokasi dimana Puang Matua atau Mahakuasa berada, yaitu bagian Utara dunia.
Bagi masyarakat Toraja, rumah ini memiliki nilai filosofis yang sangat besar dari mulai sosial, budaya, hingga agama. Tak heran rumah ini dimiliki secara turun-temurun antara anggota keluarga atau marga suku Tana Toraja.
Selain itu, rumah ini juga memiliki beragam fungsi seperti pusat budaya, pset pembinaan keluarga, pusat kemasyarakatan, serta pusat stabilisator sosial.
Bagian Rumah Tongkonan
Baca Juga: Informasi Sejarah Kota Palu
Ada 2 tipe rumah Tongkonan yang dibangun oleh masyarakat. Yaitu Banua Tongkonan dan Banua Barung-barung.
Banua Tongkonan merupakan bangunan yang difungsikan khusus untuk rumah adat dan kegiatan adat lainnya.
Sedangkan benua barung-barung merupakan rumah pribadi atau rumah biasa. Tipe rumah ini paling banyak ditemui di Tana Toraja. Secara tradisional, setiap rumah tongkonan memiliki 5 bagian, yaitu:
- Banua Sang Borong / Banua Sang Lanta
Berfungsi sebagai penyimpanan berbagai macam kebutuhan.
- Banua Duang Lanta
Memiliki arti 2 ruang. Ruang pertama disebut Sumbung dan digunakan sebagai ruang tidur. Ruang kedua disebut Sali dan digunakan sebagai ruang kerja, dapur, atau peletakan jenazah sementara.
- Banua Patang Lanta
Memiliki 4 ruang, seperti Banua Di Lalang Tedong, Sali Tangga, Sumbung, dan Inan Kabusung. Banua Di lalang Tedong memiliki sali iring yang digunakan sebagai ruang dapur, ruang kerja, dan tempat menerima tamu.
Sali Tangga terdiri dari ruang kerja, ruang tidur keluarga, serta tempat peletakan jenazah yang akan melalui proses upacara adat. Sementara itu, Sumbung memiliki fungsi khusus yaitu sebagai tempat tidur pemangku adat.
Sedangkan Inan Kabusung merupakan ruang khusus dan tertutup yang hanya dibuka atau digunakan ketika ada upacara adat berlangsung.
- Banua Di Salombe
Terdiri dari tiga bagian, yaitu Palanta/Tangdo, Sali Tangga, serta Sumbung. Palanta/Tangdo merupakan ruang khusus untuk pemuka adat serta tempat sembahyang atau upacara penyembahan.
Sedangkan Sali Tangga dan Sumbung memiliki fungsi yang sama seperti pada Banua Patang Lanta.
- Banua Limang Lanta
Banua Limang Lanta terdiri dari lima ruang utama, Palata, Sali Iring, Paluang, Anginan, dan Sumbung Kabusungan.
Palata digunakan sebagai ruang duduk dan tempat meletakkan sesajian sedangkan Sali Iring digunakan sebagai dapur, tempat makan, serta tempat tidur adat.
Lalu, Paluang digunakan sebagai tempat untuk bekerja serta meletakkan jenazah anggota keluarga. Sementara Anginan digunakan khusus untuk ruang tidur dan Sumbung Kabusungan khusus sebagai tempat untuk menyimpan pusaka adat.
Jenis Rumah Adat Tongkonan
Secara umum, ada 3 jenis rumah adat Tongkonan, yaitu:
- Tongkonan Layuk
Tongkonan layu atau pesio’aluk memiliki makna tongkonan yang maha tinggi atau agung. Hal ini dikarenakan fungsi utamanya yaitu sebagai tempat untuk menciptakan atau merancang aturan-aturan sosial serta keagamaan.
- Tongkonan Pekaindoran
Tongkonan Pekaindoran juga dikenal dengan Tongkonan Pekamberan atau Tongkonan Kaparengngesan. Tempat ini biasanya difungsikan sebagai pusat kendali bagi pemerintahan adat di mana aturannya disesuaikan dengan aturan dari Tongkonan Pesio’ Aluk.
- Tongkonan Batu A’riri
Tongkonan Batu A’riri memiliki fungsi Tongkonan Penunjang. Tongkonan ini memiliki peran untuk membina persatuan keluarga serta membina warisan keluarga tersebut.
Dekorasi Rumah Adat Tongkonan

1. Dinding
Dinding rumahnya dibuat tanpa menggunakan paku atau besi lainnya. Dinding ini dibangun dengan bantuan tanah liat sebagai perekatnya. Bahan baku dan sebagian besar rumah terbuat dari kayu uru.
2. Atap
Atap rumah tongkonan memiliki bentuk menyerupai perahu. Konon, hal ini merupakan sebuah pengingat terhadap leluhur masyarakt Toraja yang merupakan pelaut ulung.
3. Ukiran
Terdapat empat jenis ukiran yang biasa terpampang pada rumah Tongkonan. Yaitu pa’barre allo, pa’ tedong, pa’ manuk londong, dan pa’ sussuk. Ukiran pa’barre allo merupakan ukiran yang menyerupai matahari atau bulan sebagai perlambang Puang Matua atau Sang Pencipta.
Sementara itu, ukiran pa’ tedong menyerupai kepala kerbau dan diletakkan di tiang tegak lurus yang merupakan tulang bangunan sebagai perlambang kerja keras serta kemakmuran.
Kemudian ukiran pa’ manuk londong yang biasanya serupa dengan ayam jantan sebagai perlambang dari norma atau aturan manusia yang berasal dari langit.
Lalu, pa’ sussuk merupakan ukiran garis-garis lurus yang melambangkan kebersamaan serta kesatuan dalam kekerabatan satu Tongkonan.
4. Warna
Salah satu penanda rumah adat Tongkonan yang paling jelas adalah penggunaan warna. Terdapat empat jenis warna yang biasa digunakan untuk mendekorasi rumah Tongkonan. Yaitu putih, hitam, merah, serta kuning.
Warna putih biasanya digunakan sebagai perlambang dari daging dan tulang yang suci dan bersih. Sedangkan warna hitam digunakan untuk melambangkan akhir dari kehidupan (kematian) serta kegelapan.
Sedangkan warna merah digunakan pada rumah Tongkonan maka itu merupakan perlambang darah yang merupakan bagian dari kehidupan manusia. Lalu ada warna kuning yang melambangkan anugerah serta kekuasaan dari Yang Maha Kuasa.
5. Tanduk Kerbau
Tanduk kerbau juga merupakan salah satu elemen dekorasi yang banyak ditemukan pada rumah adat Tongkonan. Biasanya, tanduk kerbau diletakkan di bagian depan rumah dan bertumpukan.
Konon, dekorasi tanduk kerbau merupakan tanda kemewahan serta pembeda strata sosial masyarakat Toraja. Semakin tinggi strata sosialnya, maka semakin banyak pula hiasan tanduk kerbau yang dipajang di depan rumah tersebut.
Akhir Kata
Itulah informasi lengkap mengenai rumah adat Tongkonan yang bisa kalian pelajari. Kebudayaan ini harus bisa kita jaga dan lestarikan agar tidak rusak dan tergerus oleh zaman.
Semoga artikel ini dapat bermanfaat dalam memperluas wawasan serta ilmu pengetahuan kalian. Terutama dalam bidang rumah adat Tongkonan.