Di Jambi, ada satu buah rumah adat yang paling dikenal oleh masyarakatnya, nama rumah adat Jambi ini adalah rumah Kajang Leko. Menurut sejarahnya, bangunan ini telah diproses dengan sangat lama sehingga bisa ditetapkan menjadi salah satu ikon rumah tradisional masyarakat Jambi.
Nah, untuk kalian yang ingin tahu lebih dalam tentang rumah adat daerah Jambi beserta penjelasannya, yuk kita bahas bareng-bareng dibawah ini!
Sejarah Rumah Adat Jambi
Pada tahun 1970-an, pemerintah pusat berencana untuk membangun TMII dan setiap provinsi di Indonesia harus mengirimkan logo atau ikon kebudayaan setempat.
Pada saat itu Gubernur Jambi tengah berusaha mencari salah satu diantara sekian banyak desain bangunan adat yang sudah ada. Tujuannya adalah agar nantinya ditetapkan sebagai ciri khas rumah tradisional ini.
Dalam pencarian tersebut, sang Gubernur kemudian mengadakan sayembara yang berjudul “Sepucuk Jambi Sembilan Lurah”.
Sayembara tersebut kemudian tersebar di masyarakat Jambi dan pada akhirnya sang Gubernur menemukan bangunan adat yang cocok dan diberi nama Kajang Leko untuk dijadikan sebagai ikon tetap rumah adat di Jambi dengan desain paling tua.
Arsitektur Rumah Adat Provinsi Jambi

Rumah kajang leko memiliki gaya seperti rumah adat di Indonesia pada umumnya. Yaitu berupa rumah panggung.
Uniknya, bangunan ini dibuat tinggi sehingga sangat bermanfaat ketika banjir. Selain itu dengan desain tersebut dapat digunakan untuk menghindari dari serangan musuh seperti binatang buas.
1. Konstruksi Rumah Adat Daerah Jambi
Rumah ini dibangun dengan konsep arsitektur Marga Batin. Bentunya persegi oanjang dengan ukuran 12 x 9 meter. Bangunan ini ditopang oleh 30 tiang berukuran besar dimana 24 tiang merupakan tiang utama dan sisanya merupakan tiang pelamban.
Untuk naik ke bangunan ini, kalian harus menaiki tangga jang terdapat di sebelah kanan dan kiri. Tangga di sebelah kanan disebut dengan tangga utama dan yang disebelah kiri disebut tangga penteh.
Konstruksi bagian atapnya diberi nama gajah mabuk sesuai dengan nama pembat desainnya. Bubungan atapnya berbentuk seperti perahu dengan ujung atas melengkung dan terbuat dari anyaman ijuk. Lengkungan ini disebut dengan potong jerambag atau lipat kajang.
Dinding rumah kajang leko sangatlah elok, karena terbuat dari kayu dengan hiasan ukiran yang cantik. Di bagian langit-langit, terdapat material yang disebut tebar layar.
Tebar layar ini merupakan plafon yang memisahkan antara ruangan loteng dengan ruangan di bawahnya. Ruang loteng ini sering digunakan sebagai ruang penyimpanan. Untuk menuju ke ruangan ini, menggunakan tangga patetah.
2. Jumlah Ruangan Rumah Adat Suku Jambi
Dalam rumah adat Jambi, ada beberapa ruangan yang dibagi menurut fungsinya masing-masing. Secara umum, ada 8 ruangan yang tersedia, yaitu:
- Pelamban
Pelamban merupakan bagian bangunan yang berada di sebelah kiri bangunan induk. Lantainya terbuat dari bambu belah yang telah diawetkan. Kemudian bambu ini dipasang dengan jarak untuk mempermudah air mengalir di bawahnya.
- Ruang gaho
Ruangan ini terdapat di ujung sebelah kiri bangunan dan memiliki arah memanjang. Di dalam ruangan gaho terdapat dapur, ruang tempat air dan ruang tempat menyimpan.
- Ruang masinding
Ruang masinding merupakan serambi depan yang digunakan untuk menerima tamu. Dalam musyawarah adat, ruangan ini digunakan untuk tempat duduk orang biasa. Uniknya, hanya tamu laki-laki saja yang ditempatkan di ruangan ini.
- Ruang tengah
Sesuai namanya, ruangan ini berada di tengah-tengah bangunan. Antara ruang tengah dan ruang masinding tidak memakai dinding. Pada saat pelaksanaan upacara adat, ruangan ini ditempati oleh perempuan.
- Ruang balik menahan
Ruang balik menahan merupakan serambi dalam yang terdiri dari beberapa ruang. Yaitu ruang makan, ruang tidur orang tua dan ruang tidur anak gadis.
- Ruang balik melintang
Ruangan ini berada di ujung sebelah kanan bangunan dan menghadap ke ruang tengah dan ruang masinding. Ruangan balik melintang berukuran 2 x 9 meter. Lantai ruangan dibuat lebih tinggi daripada ruangan lainnya karena dianggap sebagai ruang utama. Ruangan ini tidak boleh ditempati oleh sembarang orang.
- Ruang atas / penteh
Penteh merupakan ruang yang ada di atas bangunan. Ruang ini seperti plafon yang membatasi antara atap dan bagian bawah. Penteh biasanya digunakan untuk menyimpan barang.
- Ruang bawah / bauman
Bauman merupakan ruang bawah tidak berlantai dan tidak berdinding. Ruangan ini digunakan untuk menyimpan, memasak ketika ada pesta dan untuk kegiatan – kegiatan lainnya.
3. Ornamen Pada Rumah Adat Jambi

Ornamen yang digunakan memiliki beberapa motif ragam hias yang berbentuk ukiran. Ciri khas motif yang digunakan adalah motif flora dan fauna.
Motif flora yang digunakan biasanya motif bungo tanjung, tampuk manggis dan bungo jeruk. Motif bungo tanjung ini biasanya diukirkan di bagian depan masinding sedangkan motif bungo jeruk di luar rasuk atau belandar dan di atas pintu.
Motif flora menunjukkan bahwa di jambi terdapat banyak tumbuh – tumbuhan. Selain itu juga sebagai lambang bahwa pentingnya peran hutan terhadap masyarakat Jambi.
Sedangkan motif fauna merupakan motif binatang. Motif yang digunakan adalah motif ikan yang merupakan lambang bahwa masyarakat Jambi adalah nelayan.
Yang menjadi keunikkan rumah adat dari Jambi ini adalah, motif flora dibuat berwarna sehingga menampilkan kesan cantic pada ornamennya, sedangkan motif fauna tidak. Motif fauna biasanya diukir di bagian bendul gaho dan balik melintang.
Akhir Kata
Itulah informasi lengkap mengenai rumah adat Jambi dan keterangannya. Kebudayaan yang telah diciptakan ini sepatutnya kita lestarikan serta kita jaga.
Semoga tulisan ini bermanfaat serta dapat menambah wawasan kalian sebagai warga Indonesia, terutama di bidang rumah tradisional.